Intensi Kecurangan
Intensi kecurangan menjadi salah satu faktor terpenting dalam menentukan tingkat penyimpangan yang dilakukan. Beberapa bentuk intensi kecurangan dapat terlihat jelas dan cukup mudah dikenali dalam memutuskan tingkat penyimpangan yang dilakukan. Misalnya, perilaku membeli karya tulis, memanipulasi sebuah karya tulis (menerjemahkan, mengganti beberapa kata atau mengubah urutan kata) tanpa mengakui sumber acuan merupakan contoh dan bukti nyata adanya intensi buruk.
Intensi kecurangan yang dimaksudkan pada konteks ini adalah adanya niat buruk sehingga pelaku berupaya mengaburkan, mengingkari, memberi keterangan palsu atau tidak lengkap, tidak mengaku ketika ditanya atau diminta memberi pernyataan, hingga mengajarkan praktik yang salah kepada pihak lain.
Kecurangan yang dilakukan dengan intensi akan mendapat tambahan poin penyimpangan. Tidak adanya indikasi intensi ditunjukkan pada situasi tidak ada indikasi kesengajaan dalam kecurangan. Poin pemberat ringan diberikan apabila terdapat bukti bahwa kecurangan dilakukan secara sengaja, namun masih ada etikat baik dalam mengakui perbuatannya. Poin pemberat sedang diberikan pada situasi terdapat bukti kesengajaan dalam melakukan kecurangan serta adanya aksi yang tidak patut, seperti menghilangkan bukti, mengancam, dan menyuap untuk menghindari hukuman. Bentuk intensi buruk yang mendapatkan poin terbesar adalah upaya sadar untuk mengelola, menawarkan, dan/atau mempromosikan kecurangan. Perilaku tersebut termasuk penyimpangan sangat berat karena dapat dianggap menumbuhkan budaya kecurangan dan penyimpangan integritas di lingkungan akademik (lihat Tabel 17).
Tabel 17 Intensi kecurangan